Drama Persiapan Wedding: Dari Budget Bocor Sampai Drama Keluarga, Ini Solusinya

Drama Persiapan Wedding: Dari Budget Bocor Sampai Drama Keluarga, Ini Solusinya
Drama Persiapan Wedding: Dari Budget Bocor Sampai Drama Keluarga, Ini Solusinya
Fiona

Kalau ada yang bilang persiapan pernikahan itu cuma soal pilih baju, booking venue, dan kirim undangan… hmm, jelas dia belum pernah jadi calon pengantin.

Nyatanya, perjalanan menuju “I do” sering dipenuhi drama—mulai dari yang receh sampai yang bikin pengen nangis di pojokan sambil makan es krim.

Tapi tenang, kamu nggak sendirian. Drama-drama ini tuh hampir pasti dialami semua calon pengantin. Bedanya, adalah gimana kamu menghadapinya. Yuk, kita kupas satu-satu biar kamu siap mental, siap budget, dan siap hati.

1. Drama List Tamu yang Nggak Ada Habisnya

Masalah:

Awalnya kamu niat bikin intimate wedding, tamu 100 orang. Eh, tiba-tiba list tamu membengkak jadi 300 orang. Semua karena “eh, sekalian undang si A ya, nggak enak kalo nggak.”

Bahkan, kadang keluarga juga punya daftar titipan tamu yang nggak bisa ditolak.

Kenapa Terjadi:

List tamu ini sering jadi “ranjau” karena semua pihak pengen orang-orang terdekatnya hadir. Kadang, perbedaan pandangan soal siapa yang wajib diundang bikin diskusi jadi panas.

Cara Menghadapinya:

  1. Buat kategori tamu: keluarga inti, keluarga besar, teman dekat, rekan kerja.
  2. Tentuin batas kuota per kategori biar nggak bablas.
  3. Komunikasikan batasan ke keluarga sejak awal, dengan nada yang sopan tapi tegas.
  4. Kalau mau aman, siapkan 10–15% “kursi cadangan” untuk nama-nama dadakan.

2. Drama Budget yang Tiba-Tiba Meledak

Masalah:

Budget awal kelihatannya aman. Tapi lama-lama, muncul biaya “kecil” yang ujung-ujungnya gede—biaya tambahan dekor, biaya cetak undangan extra, sampai sewa listrik tambahan di venue.

Tau-tau total pengeluaran sudah melewati budget awal 30%.

Kenapa Terjadi:

Kurang detail saat bikin breakdown budget, plus adanya “godaan” upgrade ini-itu demi “mumpung sekali seumur hidup”.

Cara Menghadapinya:

  1. Buat budget sheet yang super detail (termasuk biaya kecil kayak parkir vendor atau tips kru).
  2. Sisihkan minimal 10–15% dana darurat dari total budget.
  3. Punya prioritas jelas: mana yang penting (misalnya foto, venue) dan mana yang bisa dihemat (souvenir, bunga impor).
  4. Jangan terlalu sering scroll Pinterest menjelang hari H, trust me.

3. Drama Perbedaan Selera dengan Pasangan

Masalah:

Kamu mau dekor rustic bohemian, pasangan mau yang minimalis elegan.

Kamu mau band live, dia mau DJ.

Kamu mau baju pastel, dia maunya bold.

Kenapa Terjadi:

Wajar banget, karena dua orang pasti punya visi dan selera berbeda. Tantangannya adalah mencari titik tengah yang bikin dua-duanya bahagia.

Cara Menghadapinya:

  1. Mulai dengan vision board bersama: kumpulkan foto inspirasi, lalu bahas mana yang disukai/dihindari.
  2. Tentuin elemen yang jadi “harus” untuk masing-masing pihak.
  3. Ingat: ini wedding kalian berdua, bukan cuma salah satu pihak.
  4. Kalau mentok, pertimbangkan kompromi kreatif—misalnya, dekor rustic untuk ceremony, dekor elegan untuk resepsi.

4. Drama Vendor yang Mendadak Bermasalah

Masalah:

Vendor make-up tiba-tiba double booking, katering mendadak ganti menu, atau fotografer sakit sehari sebelum acara.

Bahkan yang kontraknya sudah fix pun, masalah masih bisa muncul.

Kenapa Terjadi:

Karena faktor human error, kondisi darurat, atau komunikasi yang kurang jelas sejak awal.

Cara Menghadapinya:

  1. Pilih vendor yang punya review bagus dan portofolio jelas.
  2. Pastikan ada kontrak tertulis yang mencakup detail kerja, biaya, dan plan B.
  3. Punya vendor cadangan untuk item krusial seperti MUA dan foto.
  4. Rajin follow up H-1 bulan, H-1 minggu, dan H-1 hari.

5. Drama Tekanan Emosi (Stress, Overthinking, Drama Keluarga)

Masalah:

Menjelang hari H, kamu jadi lebih sensitif. Hal kecil terasa besar, komentar orang bikin hati panas, bahkan tidur pun susah.

Ditambah lagi, mungkin ada drama keluarga—mulai dari beda pendapat soal adat sampai pembagian biaya.

Kenapa Terjadi:

Persiapan pernikahan menyatukan banyak orang dengan latar belakang, ego, dan ekspektasi yang berbeda. Ditambah beban mental karena ingin semua sempurna.

Cara Menghadapinya:

  1. Sisihkan waktu untuk me time: spa, olahraga, journaling, atau sekadar nonton series favorit.
  2. Latihan delegasi—nggak semua hal harus kamu handle sendiri.
  3. Ingat tujuan utama: bukan cuma acaranya, tapi kehidupan setelahnya.
  4. Kalau perlu, pertimbangkan wedding planner biar beban koordinasi berkurang.

Penutup: Drama Itu Wajar, Cara Menghadapinya yang Penting

Nggak ada persiapan pernikahan yang mulus 100%. Selalu ada drama, entah besar atau kecil. Tapi bukan berarti kamu harus kewalahan.

Kuncinya: rencanakan dengan detail, komunikasikan dengan jujur, dan siapin hati untuk fleksibel.

Kalau semua sudah diantisipasi, kamu bisa lebih fokus menikmati momen berharga tanpa terlalu kebawa drama. Karena ujungnya, yang diingat bukan ribetnya, tapi indahnya perjalanan menuju hari “I do”.