Susunan Acara Pernikahan Buddha: Penuh Makna & Cinta, Bukan Sekadar Formalitas

Kalau kamu atau pasangan beragama Buddha dan sedang merencanakan pernikahan, penting banget nih tahu susunan acara pernikahan dalam agama Buddha. Bukan cuma soal sakral dan penuh tradisi, tapi juga kaya makna dan filosofi cinta yang dalam.
Pernikahan dalam ajaran Buddha bukan kewajiban, tapi pilihan. Jadi kalau kamu memutuskan untuk menikah, itu artinya kamu siap membangun rumah tangga dengan dasar cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), dan empati (mudita).
Filosofi Pernikahan dalam Agama Buddha
Menurut ajaran Buddha, pernikahan itu soal ikatan batin yang kuat antara dua insan. Tujuannya? Membangun keluarga yang saling support, penuh kebahagiaan, dan menjadi tempat bertumbuh — baik di kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.
Ajaran Buddha juga menekankan prinsip monogami. Hal ini tercantum dalam Anguttara Nikaya 11.57:
“Perkawinan yang dipuji oleh Sang Buddha adalah perkawinan antara seorang laki-laki yang baik (dewa) dengan seorang perempuan yang baik (dewi).”
Lokasi Acara Pernikahan Buddha
Pernikahan secara Buddha bisa digelar di beberapa tempat, seperti:
- Vihara
- Cetiya
- Rumah salah satu mempelai (yang memenuhi syarat)
Jadi kamu bisa pilih sesuai kenyamanan dan kapasitas.
Checklist Persiapan Pernikahan Buddha
Berikut alat-alat yang wajib kamu siapkan buat menggelar upacara pernikahan ala Buddha:
- Altar dengan patung Buddha (Buddha Rupang)
- Lilin lima warna (biru, kuning, merah, putih, jingga)
- Tempat dupa dan sembilan batang dupa wangi
- Gelas/mangkuk air putih + bunga (untuk percikan)
- Dua vas bunga + dua piring buah untuk persembahan
- Cincin nikah 💍
- Kain kuning (90 x 125 cm²) + pita kuning (100 cm)
- Bantal/tempat duduk untuk mempelai, pandita, dan bhikkhu
- Surat ikrar perkawinan
- Persembahan dana untuk bhikkhu (kalau hadir)
Susunan Acara Pernikahan Agama Buddha (Step by Step)
Berikut rundown lengkap upacara pernikahan agama Buddha yang bisa kamu ikuti:
1. Pembukaan oleh Pandita
Pandita dan asistennya bersiap di lokasi. Kedua mempelai masuk dan berdiri di depan altar.
2. Tanya Jawab Singkat
Pandita menanyakan apakah kedua mempelai menjalani prosesi ini tanpa paksaan. Kalau “yes”, prosesi lanjut!
3. Penyalaan Lilin Lima Warna
Lilin ini bukan lilin biasa, ya. Masing-masing warna punya makna:
- Biru (oleh ibu mempelai pria): Simbol bakti kepada Triratna & keluarga.
- Jingga (ayah mempelai pria): Simbol semangat memasuki rumah tangga.
- Kuning (ibu mempelai wanita): Simbol kebijaksanaan dalam hidup berkeluarga.
- Putih (ayah mempelai wanita): Simbol kesucian dalam tindakan dan pikiran.
- Merah (oleh Pandita): Simbol cinta kasih universal 💖
4. Persembahan Bunga & Buah
Kedua mempelai mempersembahkan bunga dan buah sebagai wujud penghormatan.
5. Pembacaan Doa Namaskara Gatha
Doa utama dalam upacara Buddha yang dilakukan bareng-bareng jemaat:
ARAHAM SAMMA SAMBUDDHO BHAGAVA
BUDDHAM BHAGAVANTAM ABHIVADEMI
SVAKKHATO BHAGAVATA DHAMMO
DHAMMAM NAMASSAMI
SUPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO
SANGHAM NAMAMI
6. Pengucapan Vandana (3x)
Doa penghormatan kepada Buddha:
NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO
SAMMA SAMBUDDHASSA
7. Ikrar Pernikahan
Kedua mempelai membaca ikrar, lalu saling menyematkan cincin. 💍
8. Pita & Kain Kuning
Keduanya memakai kain kuning dan diikat dengan pita kuning sebagai simbol penyatuan jiwa. Setelah itu, orang
tua dan pandita memberi percikan air berkah.
9. Penutupan Simbolik
Pita dan kain kuning dilepas, lalu disusul dengan:
- Nasehat pernikahan dari pandita
- Penandatanganan Surat Ikrar Pernikahan
- Namaskara penutup oleh pandita
Kalau kamu suka artikel ini, share ke pasangan atau keluarga kamu biar makin siap lahir batin menuju hari H! 🙌