9 Masalah Umum Seputar Mertua dan Kiat Menghadapinya

9 Masalah Umum Seputar Mertua dan Kiat Menghadapinya
9 Masalah Umum Seputar Mertua dan Kiat Menghadapinya
Fiona

Admit it, guys! Hubungan dengan mertua kadang bisa jadi episode drama Korea tanpa subtitle yang bikin kita bingung harus ketawa atau nangis. Meski nggak semua hubungan dengan mertua berujung chaos, tapi banyak dari kita yang pernah merasakan momen-momen awkward atau bahkan konflik dengan orangtua pasangan. Well, you're not alone!

Artikel ini akan membahas 9 masalah klasik seputar mertua yang sering bikin kepala pusing plus solusi praktisnya. So, grab your coffee, take a deep breath, dan mari kita bahas bareng-bareng!

1. Mertua yang Ikut Campur Urusan Rumah Tangga

Masalahnya:

"Kok dapurnya ditata begini, sih? Jaman saya dulu nggak gini..." atau "Kenapa anakku nggak dimasakin makanan sehat?" Familiar dengan kalimat-kalimat ini? Yup, mertua yang terlalu ikut campur bisa bikin kita merasa seperti anak kecil yang nggak bisa mengurus diri sendiri.

Solusinya:

Set boundaries dengan cara halus. Misalnya, "Terima kasih atas sarannya, Bu. Saya akan coba cara itu kapan-kapan." Kemudian, lakukan sesuai kesepakatan dengan pasangan. Remember, rumah tanggamu, aturanmu! Tapi tetap komunikasikan dengan bahasa yang sopan ya, bukan dengan ghosting atau memblokir kontak mertua (please jangan!).

2. Perbandingan dengan Mantan Menantu atau Keluarga Lain

Masalahnya:

"Menantu Tante Mimin itu lho, baru 3 bulan nikah sudah bisa beli rumah" atau "Menantu Om Joko itu rajin banget ngajak mertuanya jalan-jalan tiap weekend." Mendengar perbandingan seperti ini bikin mood langsung drop to the ground, kan?

Solusinya:

Jangan langsung terpancing emosi. Ingat, setiap keluarga punya journey masing-masing. Bisa juga kamu jawab dengan santai, "Wah, hebat ya. Kami juga punya planning sendiri kok, Bu/Pak. Kalau ada waktu nanti kita share bareng-bareng." Kill them with kindness!

3. Perbedaan Pola Asuh Anak

Masalahnya:

Mertua: "Cucu saya kok dibiarkan main gadget? Jaman dulu nggak ada yang seperti ini." Sementara kamu: internal screaming in millennial parenting

Solusinya:

Acknowledge perbedaan generasi dengan hormat. "Memang jaman dulu berbeda ya, Bu/Pak. Sekarang ada penelitian terbaru soal pola asuh yang kami pelajari. Tapi saya sangat menghargai pengalaman dari Ibu/Bapak juga." Lalu terapkan parenting style-mu dengan konsisten tapi tetap menghormati masukan mereka.

4. Kunjungan Mendadak Tanpa Pemberitahuan

Masalahnya:

Lagi santai weekend dengan outfit rumahan (baca: kaos bolong dan celana pendek kusut), tiba-tiba bel berbunyi dan... surprise! Mertua datang dengan senyum lebar dan tas berisi makanan. Nice gesture, timing-nya aja yang bikin jantungan!

Solusinya:

Bicarakan dengan pasangan untuk membuat "family protocol" yang jelas. Misalnya, minimal ada pemberitahuan 1 jam sebelum berkunjung. Kalau sudah terlanjur datang, sambut dengan ramah (yep, meski dalam hati kamu panik), lalu di lain waktu komunikasikan dengan halus melalui pasangan tentang preferensimu.

5. Ekspektasi Tradisi Keluarga yang Berbeda

Masalahnya:

Di keluargamu mungkin Natal dirayakan dengan casual dinner, tapi di keluarga mertua harus ada acara formal dengan dress code dan protokol tertentu. Culture shock is real!

Solusinya:

Embrace the differences! Jadikan ini sebagai kesempatan untuk memperkaya pengalaman keluargamu. Tanyakan pada pasangan detail tradisi keluarganya dan bersiaplah dengan mental terbuka. Sesekali ikuti tradisi mereka, di lain waktu ajak mereka mencoba caramu. Balance is the key!

6. Masalah Finansial dan Bantuan Materi

Masalahnya:

"Kan kalian dual income, masa nggak bisa bantu biaya pengobatan om kamu?" atau sebaliknya, mertua yang selalu ingin membantu finansial sampai bikin kamu merasa nggak mandiri.

Solusinya:

Diskusikan batas-batas finansial dengan pasangan sebelum berkomunikasi dengan mertua. Jika mertua terlalu sering minta bantuan, jelaskan dengan transparan tentang kondisi dan rencana keuanganmu. Jika mereka yang selalu ingin membantu, terima dengan syarat yang jelas, misalnya untuk keperluan tertentu saja.

7. Mertua yang Membanding-bandingkan Pasangan dengan Saudara

Masalahnya:

"Kakakmu itu sudah jadi manager, kamu kapan naik jabatan?" Kalimat seperti ini bukan cuma menyakiti pasanganmu, tapi juga bisa mempengaruhi hubungan kalian.

Solusinya:

Support pasanganmu dengan menjadi safe space saat ia merasa down karena perbandingan tersebut. Di sisi lain, bantu pasanganmu untuk berkomunikasi asertif dengan orangtuanya. Sometimes, mereka perlu diingatkan bahwa setiap orang punya timeline berbeda dalam hidup.

8. Drama Grup WhatsApp Keluarga

Masalahnya:

Dari broadcast hoax, debat politik, sampai sindir-sindiran halus tentang siapa yang nggak hadir di acara keluarga—grup WhatsApp keluarga besar bisa jadi medan perang virtual yang melelahkan!

Solusinya:

Nggak perlu merespon semua pesan. Gunakan fitur "mute" dengan bijak, dan pilih pertempuran yang memang perlu kamu ikuti. Untuk konten sensitif, diskusikan dengan pasangan sebelum merespon. And please, jangan baper baca chat yang sebenarnya nggak ditujukan untuk kamu!

9. Mertua yang Terlalu Dekat vs. Terlalu Jauh

Masalahnya:

Ada mertua yang terlalu clingy sampai-sampai kamu merasa nggak punya privasi, ada juga yang super distant hingga bikin hubungan jadi awkward dan kaku.

Solusinya:

Untuk mertua yang terlalu dekat, ciptakan routine khusus yang membuat mereka tetap merasa terlibat tanpa mengganggu privasi kalian, seperti weekly dinner atau video call rutin. Untuk mertua yang jauh, inisiasi small talk atau ajak mereka terlibat dalam milestone penting keluarga kecilmu.

Bonus Tip: Self-care Adalah Kunci!

Menghadapi drama mertua bisa jadi sangat menguras energi mental. Jadi, jangan lupa untuk melakukan self-care:

• Me-time regular tanpa gangguan.

• Curhat ke teman yang bisa dipercaya (tapi ingat, jangan sampai jadi gossip yang menyebar!).

• Komunikasi terbuka dengan pasangan tentang perasaanmu.

Ingat bahwa hubungan dengan mertua adalah marathon, bukan sprint—butuh waktu dan kesabaran untuk membangunnya.

Kesimpulan

At the end of the day, ingatlah bahwa mertua juga manusia yang sedang belajar beradaptasi dengan peran barunya. Mereka mungkin khawatir kehilangan "tempat" di hati anak mereka, atau cemas apakah anaknya bahagia bersamamu.

Give them some grace, but don't forget to prioritize kesehatan mentalmu dan hubungan dengan pasangan. Dengan komunikasi yang tepat dan boundaries yang jelas, hubungan dengan mertua bisa berubah dari potential nightmare menjadi wonderful relationship yang saling mendukung.